by. Hanna Aryani
'Bolehkah kurengkuh namamu dalam doaku?’ tanyamu suatu ketika
Aku terkesiap
Ku tatap binar-binar harap pada netramu
Sarat makna,
Menghanyutkanku ke dalam arus lembut bernama kenangan
Kala itu,
Kala terik matahri menggerus tandus
Terlihat sisa titik-itik air di dahimu
Sedikit basah juga menggantung di sudut-sudut senyummu
Kau berlalu di depanku
Aku ingat, saat ku tatap punggungmu yang perlahan menjauh,
Entah apa yang membuatku terpaku
Seperti ada yang terketuk.
Ah, bukan…
Tetapi ada yang mengetuk
Mungkin, suara lirih selipahmu yang beradu merdu,
Atau magis sajadah ungu yang tersampir mesra di bahumu
Lalu di dalam kalbu, ku simpan setetes asa
padaNya, Sang Mahacinta dan senja.