I.
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Menurut
Suparman (2012) ada beberapa langkah-langkah yang harus dilakukan dalam
pengembangan desain intsruksional meliputi delapan aspek, yaitu identifikasi
kebutuhan instruksional dan menuliskan tujuan instruksional umum (TIU), melakukan
analisis instruksional, mengidentifikasi perilaku dan karakteristik awal siswa,
menuliskan tujuan instruksional khusus (TIK), menulis tes acuan patokan,
menyusun strategi instruksional, mengembangkan bahan instruksional, mendesain
dan melaksanakan evaluasi formatif. Dalam pengembangan
instruksional, delapan langkah tersebut sangat penting, karena dari setiap langkah tersebut memiliki fungsi dan tujuan
masing-masing yang saling berkaitan dalam mencapai tujuan dari suatu proses
pembelajaran.
Menyusun
tes acuan patokan yang mengacu kepada tujuan instruksional bertujuan untuk
mengukur sejauh mana tingkat penguasaan siswa terhadap prilaku yang terdapat
dalam TIK. Hasil pencapaian siswa ini juga merupakan petunjuk sejauh mana
tingkat keberhasilan sistem instruksional yang digunakan. Menulis tes acuan
patokan menggunakan tabel spesifikasi atau kisi-kisi sederhana agar dapat
memenuhi kebutuhan seorang guru untuk menyusun tes yang konsisten dengan tujuan
instruksional, baik yang bersifat kognitif, psikomotorik, maupun afektif.
Penilaian
pencapaian kompetensi dasar peserta didik dilakukan berdasarkan indikator. Penilaian
dilakukan dengan menggunakan tes dan notes dalam bentuk tertulis maupun lisan,
pengamatan kinerja, pengukurran sikap, penilaian hasil karya berupa tugas,
proyek dan produk, penggunaan portopolio, dan penilaia diri. Penilaian merupakan serangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis,
dan menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar peserta didik yang
dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan, sehingga menjadi informasi
yang bermakna dalam pengambilan keputusan. Dalam pembahasan kali ini akan dibahas mengenai pengolahan hasil belajar
dengan acuan patokan dan acuan norma.
B.
Rumusan Masalah
1)
Apa yang dimaksud dengan penilaian?
2)
Apa yang dimaksud dengan Penilaian Acuan
Patokan (PAP)?
3)
Apa yang dimaksud dengan Penilaian Acuan
Norma (PAN)?
4)
Bagaimana
langkah-langkah menyusun tes hasil belajar?
C.
Tujuan
Tujuan
yang hendak dicapai dari pembahasan ini adalah sebuah pemahaman yang mengenai
acuan dalam pembelajaran. Sehingga nantinya kita dapat melakukan sebuah
penilaian yang lebih terarah dan lebih baik lagi dalam pembelajaran agar
informasi tentang hasil belajar peserta didik dapat diperoleh secara akurat.
II. Pembahasan
M.
Atwi Suparman dalam bukunya berjudul Desain Instruksional, memberikan suatu
model yaitu Model Pengembangan Instruksional (MPI), yang dibangun berdasarkan
prinsip-prinsip belajar dan instruksional. Model tersebut terdiri atas tiga
tahap dan setiap tahap terdiri dari beberapa langkah. Model
Pengembangan Intruksional ini memiliki tiga tahap, yakni tahap
mengidentifikasi, tahap mengembangkan dan tahap evaluasi. Pada pembahasan ini
akan diuraikan langkah menyusun alat penilaian hasil belajar.
A. Alat
Penilaian Hasil Belajar
Menurut Suharsimi Arikunto,
penilaian adalah istilah umum yang mencakup semua metode yang digunakan untuk
menilai kemampuan peserta didik. Proses penilaian mencakup pengumpulan bukti
untuk menunjukan pencapaian belajar peserta didik. Penilaian merupakan suatu
pernyataan yang berdasarkan sejumlah fakta untuk menjelaskan karakteristik
sesorang atau sesuatu. Definisi penilaian berhubungan dengan setiap bagian dari
proses pendidikan yang mencskup semua proses pembelajaran. Kegiatan penilaian
yang demikian, tidak terbatas pada karakteristik peserta didik saja tetapi juga
mencakup karakteristik metode mengajar, kurikulum, fasilitas, dan administrasi
sekolah. Alat yang digunakan dalam penilaian dapat berupa metode dan prosedur
formal dan informal.
Menurut
Suparman (2012) alat penilaian hasil belajar tidak selalu berbentuk tes. Untuk
alat penilaian kawasan kognitif memang selalu berbentuk tes tertulis atau lisan
dan dijawab oleh peserta didik secara tertulis atau lisan pula. Khusus
penilaian untuk kawasan psikomotor, walaupun berbentuk tertulis dan lisan,
respons peserta didik harus berbentuk gerak fisik, sedangkan alat penilaian
hasil belajar kawasan afektif, walaupun berbentuk tertulis dan lisan, respons
peserta didik berbentuk berbentuk sikap perilaku yang dapat diamati.
B. Penilaian Acuan Patokan (PAP)
Penilaian Acuan Patokan (PAP) yang dikenal
juga dengan standar mutlak berusaha menafsirkan hasil tes yang diperoleh siswa
dengan membandingkannya dengan patokan yang telah ditetapkan. Sebelum hasil tes
diperoleh atau bahkan sebelum kegiatan pengajaran dilakukan, patokan yang akan
dipergunakan untuk menentukan kelulusan harus sudah ditetapkan.
Cara
menafsirkan hasil tes acuan patokan yang didasarkan atas presentase skor yang
dicapai peserta didik dibandingkan dengan skor maksimum itu merupakan hal yang
harus digarisbawahi. Berapa persen hasil belajar seorang peserta didik itu
terhadap kompetensi yang terdapat dalam tujuan instruksional khusus (TIK)
merupakan pertanyaan yang lazim digunakan dalam penilaian yang menggunakan tes
acuan patokan (Suparman, 2012).
Standar atau patokan tersebut memuat ketentuan-ketentuan yang dipergunakan
sebagai batas-batas penentuan kelulusan testee atau batas pemberian nilai pada
testee. Jika skor yang diperoleh oleh testee memenuhi batas minimal maka testee
dinyatakan telah memenuhi tingkat penguasaan minimal terhadap materi yang
disampaikan dan sebaliknya jika testee belum bisa memenuhi batas minimal yang
ditentukan maka testee dianggap belum “lulus” atau belum menguasai materi.
Karena batasan-batasan tersebut bersifat mutlak/ pasti maka hasil yang
diperoleh tidak dapat di tawar lagi.
C. Penilaian Acuan Norma (PAN)
Penilaian Acuan Norma (PAN) dikenal
pula dengan Standar Relatif atau Norma Kelompok. Pendekatan penilaian ini
menafsirkan hasil tes yang diperoleh testee dengan membandingkan dengan hasil
tes dari testee lain dalam kelompoknya. Alat pembanding tersebut yang menjadi
dasar standar kelulusan dan pemberian nilai ditentukan berdasarkan skor yang
diperoleh testee dalam satu kelompok. Dengan demikian, standar kelulusan baru
daat ditentukan setelah diperoleh skor dari para peserta testee.
Hal ini berarti setiap kelompok mempunyai standar masing-masing dan standar
satu kelompok tidak dapat dipergunakan sebagai standar kelompok yang lain.
Standar dari hasil tes sebelumnya pun tidak dapat dipergunakan sebagai standar
sehingga setiap memperoleh hasil tes harus dibuat norma yang baru.
Tes acuan
norma disusun untuk menentukan kedudukan atau posisi seorang peserta tes
terhadap perilaku atau kompetensi yang ada dalam tujuan instruksional. Yang
dimaksud dengan kelompoknya yaitu kelompok peserta didik dalam satu kelas,
sekolah, provinsi, atau nasional. Karena maksud tes ini utnuk menentukan
kedudukan seseorang diantara kelompoknya, tes yang harus disusun adalah tes
yang dapat membedakan antara peserta yang satu dengan peserta yang lain, antara
peserta yang lebih pandai dengan peserta yang kurang pandai. Untuk menyusun tes
seperti itu, perlu butir tes yang mempunyai daya pembeda tertentu, yaitu butir
tes yang hanya dijawab dengan benar oleh seluruh atau sebagian besar peserta
didik yang lebih pandai dan tidak ada atau bahkan hanya sebagian kecil oleh
peserta didik yang kurang pandai (Suparman, 2012).
Dasar pemikiran dari penggunaan standar PAN adalah adanya asumsi bahwa di
setiap populasi yang heterogen terdapat siswa dengan kelompok baik, kelompok
sedang dan kelompok kurang. Pengolahan skor dengan Penilaian Acuan Norma (PAN) mengharuskan
kita menghitung dengan statistik. Perhitungan dilakukan atas skor akhir
(penggabungan berbagai sumber skor).
Kelemahan sistem PAN adalah dengan tes apapun dalam kelompok apapun dan
dengan dasar prestasi yang bagaimanapun, pemberian nilai dengan sistem ini
selalu dapat dilakukan. Karena itu penggunaan sistem PAN dapat dilakukan dengan
baik apabila memenuhi syarat yang mendasari kurva normal, yaitu :
a)
Skor nilai
terpencar atau dapat dianggap terpencar sesuai dengan pencaran kurva normal.
b)
Jumlah yang
dinilai minimal 50 orang atau sebaiknya 100 orang ke atas.
D. Perbedaan
Pendekatan PAP dan PAN
Gronlund
(1990) mengemukakan kesamaan dan perbedaan kedua jenis tes (Suparman, 2012) :
1.
Kesamaan :
-
Mensyaratkan perumusan secara spesifik kompetensi atau
perilaku yang akan diukur,
-
Disusun berdasarkan sampel tujuan instruksioanal yang
relevan dan representatif,
-
Menggunakan jenis tes yang sama seperti tes subjektif,
tes karangan, tes kinerja atau keterampilan,
-
Menggunakan ketentuan yang sama dalam menulis butir
tes kecuali kesulitan tes,
-
Dinilai kualitasnya dari segi validitas dan
reabilitasnya,
-
Digunakan dalam pendidikan walau untuk maksud yang
berbeda.
2.
Perbedaan :
-
Tes Acuan Norma mengukur sejumlah besar kompetensi
atau perilaku dengan sedikit butir tes untuk setiap perilaku.
-
Tes Acuan Norma menekankan perbdaan diantara peserta
tes dari segi tingkat pencapaian belajar secara relatif,
-
Tes Acuan Norma lebih mementingkan butir-butir tes
yang mempunyai tingkat kesulitan sedang dan biasanya membuang tes yang terlalu
mudah dan terlalu sulit,
-
Tes Acuan Norma digunakan terutama (tapi tidak khusus)
untuk tes survei atau seleksi, Tes Acuan Patokan untuk tes pengusaan
-
Untuk Tes Acuan Norma membutuhkan pendefinisian
kelompok secara jelas.
E.
Langkah-Langkah Menyusun
Tes
Untuk
menyusun tes hasil belajar perlu melakukan langkah-langkah sebagai berikut :
1.
Menentukan maksud tes.
Tes
yang dibuat ini digunakan untuk mengukur sejauh mana tingkat keberhasilan siswa
dalam mencapai tujuan instruksional khusus (TIK), dan memberikan umpan balik/petunjuk bagi guru tentang kesulitan siswa dalam
bagian-bagian tertentu dari bahan dan strategi pembelajaran yang digunakan.
2.
Membuat tabel
spesifikasi untuk tes.
Kerangka tabel spesifikasi
Daftar Kompetensi
|
Bobot Kompetensi
|
Jenis Tes
|
Jumlah Butir Tes
|
Nomor soal
|
1.
Menjelaskan
penyakit yang ditimbulkan akibat seks bebas dengan tepat.
|
20
|
Essay
|
1
|
1
|
2.
Menyebutkan cara penularan
penyakit HIV/AIDS dengan tepat.
|
20
|
Essay
|
1
|
2
|
3.
Menyebutkan kelompok yang
beresiko terkena HIV/AIDS.
|
20
|
Essay
|
1
|
3
|
4.
Menjelaskan gejala awal
terinfeksi penyakit AIDS.
|
25
|
Essay
|
1
|
4
|
5.
Menyebutkan 3 cara pencegahan
HIV/AIDS.
|
15
|
Essay
|
1
|
5
|
3.
Menulis
butir tes.
TIK 1 : Jika diberikan penjelasan melalui powerpoint, siswa Kelas VIII
Semester I MTs. An-Nuur Palembang akan dapat menjelaskan penyakit
yang dapat ditimbulkan dari seks bebas dengan tepat.
BUTIR TES
1.
Jelaskanlah penyakit yang dapat ditimbulkan akibat seks bebas!
TIK 2: Jika diberikan penjelasan dengan contoh,
siswa Kelas VIII Semester I MTs. An-Nuur Palembang akan dapat menyebutkan
cara penularan penyakit AIDS dengan tepat.
BUTIR
TES:
2.
Sebutkan cara
penularan penyakit AIDS dengan tepat!
TIK 3: Jika diberikan penjelasan melalui powerpoint, siswa Kelas VIII
Semester I MTs. An-Nuur Palembang akan dapat menyebutkan kelompok yang beresiko
terkena penyakit HIV/AIDS dengan tepat.
BUTIR TES:
3.
Sebutkan kelompok
yang beresiko terjangkit penyakit AIDS!
TIK 4: Jika
diberikan penjelasan dengan contoh, siswa Kelas
VIII Semester I MTs. An-Nuur Palembang akan dapat menyebutkan
gejala awal terinfeksi penyakit AIDS dengan tepat.
BUTIR TES:
4.
Jelaskan
gejala awal seseorang yang terinfeksi penyakit AIDS!
TIK 5: Jika diberikan penjelasan dengan contoh, siswa Kelas VIII Semester
I MTs. An-Nuur Palembang akan dapat menyebutkan cara
pencegahan penyakit AIDS dengan tepat.
BUTIR TES:
5.
Sebutkan
3 contoh cara pencegahan penyakit AIDS!
4. Merakit Tes dan membuat petunjuk Tes
Butir tes yang
telah selesai ditulis dikelompokkan atas dasar jenis kemudian diberi nomor urut
1 sampai seterusnya. Pada saat tes siswa diberi
petunjuk untuk menuliskan jawabannya, diberi petunjuk tentang waktu yang
diperlukan untuk menjawab atau menyelesaikan seluruh tes tersebut, dan skor
tiap soal tes. Petunjuk itu harus sederhana, singkat, tetapi jelas, sebagai berikut:
SOAL TES
Petunjuk :
b.
Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan tepat.
c.
Skor maksimal pada masing-masing soal ada di sebelah soal.
d.
Waktu mengerjakan seluruh soal adalah 30 menit.
Soal essay:
1.
Jelaskanlah penyakit yang dapat ditimbulkan akibat seks bebas! (20)
2.
Sebutkan cara
penularan penyakit AIDS dengan tepat! (20)
3.
Sebutkan kelompok
yang beresiko terjangkit penyakit AIDS! (20)
4.
Jelaskan
gejala awal seseorang yang terinfeksi penyakit AIDS! (25)
5.
Sebutkan
3 contoh cara pencegahan penyakit AIDS! (15)
5. Menulis Kunci jawaban
1.
Penyakit
yang dapat ditimbulkan dari seks bebas yaitu AIDS. AIDS merupakan penyakit yang
ditimbulkan dari virus yang bernama Humans Immunodeficiency Virus (HIV) yang
sampai saat ini belum dapat ditemukan obatnya.
2.
Penularan
penyakit AIDS dapat terjadi melalui :
a.
Hubungan
kelamin
b.
Transfusi
darah
c.
Ibu
hamil
d.
Cairan
tubuh
e.
Donor
organ
3.
Kelompok
yang beresiko terjangkit HIV/AIDS :
-
Homoseksual
-
Heteroseksual
-
Biseksual
-
Pecandu
narkoba
4.
Gejala
awal orang terjangkit HIV/AIDS :
-
Ketika
virus masuk kedalam tubuh langsung menyerang sistem kekebalan tubuh yaitu
limposit T4, kemudian mengadakan ikatan dengan CD-4 receptor yang terdapat pada
permukaan limposit.
-
Tubuh
penderita mengalami penurunan.
-
Gejala
fisik mulai terlihat yakni ; seperti demam malam hari, badan cepat lesu, nafsu
makan menurun, badan kurus, mudah terserang flu, mencret, bercakbercak putih,
dan timbul penyakit paru-paru.
5. Cara pencegahan penyakit AIDS :
-
Selalu menggunakan jarum suntik yang steril
-
Selalu menerapkan kewaspadaan terhadap seks aman
-
Menerapkan budaya hidup sehat
6.
Menguji cobakan
Tes
Tes yang telah
tampak jelas dan baik dihadapan guru dan ahli belum tentu sama halnya dengan
siswa, untuk itu sebelum diujikan kepada siswa Kelas VIII semester I MTs.
An-Nuur Palembang, maka soal tersebut diujicobakan kepada siswa kelas VIII kelas paralel yang berbeda gurunya, gunanya untuk melihat beberapa hal penting sebagai
berikut:
a.
Kualitas setiap butir
tes.
b.
Kejelasan dan
kesederhanaan petunjuk cara menjawab.
c.
Kemudahan siswa
memahami maksud setiap pertanyaan.
d.
Kelengkapan alat-alat
yang harus dibawa siswa, seperti pena, dan alat tulis tertentu.
e.
Kesesuaian waktu yang
dibutuhkan siswa yang ditetapkan didalam tes.
f.
Kejelasan dan
kebersihan pengetikan.
III.
Penutup
Penilaian merupakan
istilah yang dgunakan untuk mengukur tingkat keberhasilan suatu pembelajaran.
Alat penilaian tidak selalu menggunakan tes secara tertulis ataupun lisan.
Untuk kawasan kognitif selalu berupa tes tertulis atau lisan dan dijwab secara
tertulis atau lisan, sedangkan untuk
kawasan psikomotor berupa tes tertulis dan lisan namun untuk respons peserta
didik berupa unjuk kerja atau keterampilan, dan untuk kawasan afektif dapat
berupa tes tertulis dan lisan namun respon peserta didik berupa sikap perilaku
yang dapat diamati.
Penilaian Acuan Patokan
(PAN) merupakan standar mutlak yang berusaha menafsirkan hasil tes belajar yang diperoleh siswa dengan membandingkannya dengan patokan yang telah
ditetapkan. Sedangkan Penilaian Acuan Norma (PAN) berusaha menafsirkan hasil tes yang diperoleh peserta didik dengan membandingkan dengan hasil tes dari peserta didik yang lain dalam suatu. Alat
pembanding tersebut yang menjadi dasar standar kelulusan dan pemberian nilai
ditentukan berdasarkan skor yang diperoleh testee dalam satu kelompok.
DAFTAR PUSTAKA
Sanjaya, W. (2012). Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran.
Jakarta: KENCANA.
Suparman, M. A. (2012). Desain Instruksional Modern. Jakarta:
Erlangga.
Untuk lengkapnya silahkan klik disini!!!
Untuk lengkapnya silahkan klik disini!!!