Ini salah satu fenomena dalam dunia pendidikan "Guru Killer". Guru bukan lah seorang polisi, bukan juga kamtib. Polisi akan menilang orang yang melanggar lalu lintas namun ketika tidak ada pelanggaran maka akan diam saja, tetapi guru lebih respektif ketika ada dan tidak ada masalah pada siswanya. Guru juga bukan kamtib, jika terlihat siswa langsung "kabur" untuk menyelamatkan diri. Ini adalah cap yang diberikan pada sisi lain guru.
Sebuah buku bacaan yang cukup menarik dan inspiratif yang berjudul "Spiritual Teaching agar guru senantiasan mencintai pekerjaan dan anak didiknya" yang ditulis oleh Abdullah Munir.
Seorang yang guru yang mengajar karena panggilan jiwanya akan mengalirkan energi kecerdasan, kemanusiaan, dan keislaman yang besar didalam diri peserta didik. Hal ini senada dengan pendapat berikut bahwa "Jika kamu tidak mencintai pekerjaan yang sedang kamu lakukan, kamu akan sakit secara fisik, mental dan spiritual. Bahkan bisa jadi kamu akan membikin orang lain ikut sakit (Lorraine Monreo).
Ada kesenjangan yang menggajal jika diperhatikan bahwa guru lebih banyak memberikan hukuman (punishment) daripada memberi penghargaan (reward). Tidak jarang siswa berteriak kegirangan ketika mengetahui bahwa gurunya tidak datang pada hari itu. Setiap anak memiliki tangki emosionla yang harus selalu penuh, tidak boleh kurang isinya, apalagi sampai kosong, maka cintalah yang akan mampu memenuhi tangki tersebut (Gary Chapman). Cinta adalah sikap batin yang akan melahirkan kelembutan, kesabaran, kelapangan, kreativitas, serta tawakal.
Guru pada dasarnya merupakan teladan yang mulia bagi anak didik. Bercermin pada sosok tauladan agung dan mulia Rasulullah Muhammad SAW. Beliau merupakan figur yang paling sukses dalam mendidik manusia. bukan hanya berhasil mengubah manusia dari tidak tahu menjadi tahu, namun beliau bahkan membawa manusia keluar dari masa kegelapan menuju peradaban yang cemerlang dan penuh dengan modernisasi. Sikap Cinta Beliau kepada para sahabatnya yang penuh kelembutan menjadikannya sebagai teladan bagi pendidik. Para guru dapat meniru dan menerapkan metode dakwah Rasulullah dalam kegiatan belajar mengajar sehari-hari di sekolah, sesuai dengan tuntunan situasi dan kondisi masing-masing. Bagaimana mungkin guru bisa menanamkan nilai dan ilmu bila kata-katanya sudah tidak lagi meninggalkan kesan yang mendalam bagi anak didik. Sikap guru yang selalu yakin akan kemampuannya, hingga mengabaikan peran Allah, akan membuatnya kehilangan kekuatan jiwa tatkala menjumpai masalah. Ilmu yang didapatkan guru semasa kuliah hanya bisa dijadikan pedoman. Sementara berhasil tidaknya proses pembelajaran harus diserahkan kepada Allah SWT. Doa-doa yang selalu dipanjatkan guru bakal turut menenetukan keberhasilan lebih lanjut.
Mendidik dengan cinta, sedangkan modal utama cinta adalah kelembutan sikap. Kelembutan akan membuahkan cinta, dan cinta akan semakin merekatkan hubungan guru dan siswanya.
Diibaratkan sebelum bercocok tanam, seorang petani akan mempersiapkan lahan sebagai tempat untuk menanam yang kemudian akan jaga dan diperihara tanaman itu agar membuahkan hasil. Sama halnya petani, seorang guru juga harus mempersiapkan tempat / lahan untuk menumbuhkan benih-benih cinta dalam hatinya karena mustahil tanaman akan tumbuh jika tidak terdapat lahan untuk tumbuh.
Hadirkan respon cinta dari anak didik. Niat guru untuk mendidik siswa dengan cinta kasih, tanpa harus membentak, mencubit atau berteriak keras. Ada dua kemungkinan yang menyebabkan situasi demikian. Pertama, guru tidak mampu membahasakan cintanya, sehingga sinyal-sinyal cinta itu tidak sampai kepada siswa. Kedua, guru tidak menyiapkan hatinya dengan baik sehingga tidak sabar ingin melihat respon cinta dari siswa.
Dari itu sebagai seorang pendidik hendaklah mampu menumbuhkan cinta di hatinya untuk siswa dan menumbuhkan cinta siswa untuk dirinya, agar tidak ada ketimpangan dan kesenjangan jarak antara pendidik dan peserta didik sehingga cita-cita pendidikan dapat terwujud dan mampu menciptakan generasi berpenngetahuan dan berakhlak mulia.
Bergaye nan mutuuu...
ReplyDelete